Senin, 06 Januari 2020

Kepuasan Kerja


BAB I

PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang

Kedudukan sumber daya manusia di dalam perusahaan sangat penting. Olehkarena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan sumberdaya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan. Pada dasarnya   bahwa   seseorang   dalam   bekerja   akan   merasa   nyaman   dan   tinggikesetiaannya pada perusahaan apabila memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apayang diinginkan.
Kepuasan kerja itu sendiri sebenarnya mempunyai makna apa bagi seorangpekerja? Ada dua kata yaitu kepuasan dan kerja. Kepuasan adalah sesuatu perasaanyang dialami oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan telah terpenuhi atau bahkanapa yang diterima melebihi apa yang diharapkan. Sedangkan kerja merupakan usahaseseorang untuk mencapai tujuan dengan memperoleh pendapatan atau kompensasi dari konstribusinya kepada tempat pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individu dan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Kepuasan  kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.   Ini nampak dari   sikap karyawan  terhadap  pekerjaan dan segala sesuatu di lingkungan kerjanya.

B.                 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.    Apa yang dimaksud dengan kepuasan kerja?
2.    Apa saja faktor-faktor penentu kepuasan kerja?
3.    Apa saja kosekuensi kepuasan kerja?
4.    Bagaimana cara mengukur kepuasan kerja?
5.    Bagaimana Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)?
6.    Apa yang dimaksud dengan semangat kerja?

BAB II

PEMBAHASAN

I.                        Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda kepuasannya.
Kepuasan kerja bisa dilihat atau dikatakan puas dalam bekerja jika pendapatan yang diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja tersebut, dan dalam perusahaan tersebut pegawai merasakan nyaman dalam bekerja dan tidk mempunyai kekhawatiran lain seperti kurang cukup gaji yang diterima, tidak adanya jaminan kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua atau pension.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya dapat juga dikatakan sebagai persepsi awal terhadap keberhasilan suatu pekerjaan.

II.                        Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
a)    Faktor individual, meliputi umur, watak dan harapan.
b)   Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatanberekreasi, kebebasan berpolitik, kegiatan perserikatan pekerja dan hubunan masyarakat.
c)    Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah/gaji, pengawasan, ketentraman kerja,kondisi kerja dan kesempatan untuk maju.  Selain itu juga penghargaan terhadap kecakapan hubungan sosial didalam pekerjaan,ketepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil, baik yangmenyangkut pribadi maupun tugas.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut As’ad (2003:114) yaitu:
a)    Kesempatan untuk maju, yaitu ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemempuan selama kerja.
b)   Keamanan, sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi karyawan pria maupun wanita.
c)    Gaji/upah lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
d)   Perusahaan dan  manajemen  yang  baik adalah  yang mampu memberikan  situasi dankondisi kerja yang stabil.
e)    Pengawasan   atau   supervisi,   bagi   karyawan   supervisor   diangap   sebagai   figur   ayah sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat mengakibatkan kemangkiran dan perputaran pegawai.
f)    Faktor   intrinsik   dari   pekerjaan.   Atribut   yang   ada   pada   pekerjaan   mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar mudahnya serta kebanggan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan konsumen.
g)   Kondisi kerja, termasuk kondisi tempat, ventilasi, kantin serta tempat parkir.
h)   Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor penunjang kepuasan kerja.
i)     Komunikasi, antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk mneyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar,memahami dan  mengakui pendapat  atau prestasi  para karyawan  sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
j)     Fasilitas lainnya, seperti rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulakan kepuasan kerja.

III.                        Kosekuensi Kepuasan Kerja
Beberapa konsekuensi kepuasan kerja sebagai berikut :
1)      Kepuasan dan Motivasi
Suatu penelitian meta analisis yang dilakukan oleh A J Kinicki, dkk (2000) meliputi 9 hasil analisis yang melibatkan 2.237 orang pekerja mengungkapkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan kepuasan kerja. Karena kepuasan dengan pengawasan berkorelasi secara signifikan dengan motivasi, para manager disarnkan untuk mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan kerja. Para manager secara potensial meningkatkan motivasi para karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja
2)      Kepusan dan Keterlibatan dalam Pekerjaan
Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan individu dengan peran dalam pekerjaannya. Suatu meta analisis yang melibatkan 27.925 responden dari 87 penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pekerjaan memiliki keterkaitan dengan kepuasan kerja (S, P, Brown, 1996)
3)      Kepuasan dengan OCB
Kepuasan kerja dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku ekstra peran (OCB). Berdasarkan meta analisis yang mencakup 6.746 orang yang terdiri dari 28 penelitian terpisah mengungkapkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku sebagai anggota organisasi yang baik dengan kepuasan (Organ dan Ryan, 1995). Robbins (2007) menjelaskan bahwa adalah logis menganggap kepuasan sebagai predictor utama OCB, karena karyawan yang puas cenderung akan berbicara positif mengenai organisais, membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang puas mungkin akan memberikan peran yang lebih karena merespon pengalaman positif mereka.
4)      Kepuasan kerja dengan Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Sebuah meta analisis dari 68 penelitian yang melibatkan 35.282 orang individu mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara komitmen dan kepuasan kerja (Tett dan Meyer, 1993). Para manager disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi (Matheu dan Zajac, 1990).
5)      Kepuasan kerja dengan Ketidakhadiran
6)      Kepuasan Kerja dengan Turnover,
7)      Kepuasan kerja karyawan dengan Kepuasan Pelanggan

IV.                        Cara Mengukur Kepuasan Kerja
Ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, diantaranya:
1)      Menggunakan skala indeks deskripsi jabatan (Job Description Index)
Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hullin pada tahun 1969. Cara penggunaaanya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada karyawan mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan yang diajukan, harus dijawab oleh karyawan dengan menandai jawaban: ya, tidak, ragu-ragu. Dengan cara ini dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
2)      Menggunakan kuesioner kepuasan kerja Minnesota (minnesota satisfaction questionare)
Pengukuran kepuasan kerja ini dikembangkan oleh Weiss dan England pada tahun 1967. Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban: sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, dan sangat puas terhadap pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan jawaban jawaban tersebut dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
3)      Teknik minnesota satisfaction questionare, pada dasarnya sama dengan menggunakan skala Likert. kelebihan teknik ini antara lain :
·         Teknik ini lebih simpel dibandingkan dengan teknik yang ketiga.
·         Teknik ini lebih banyak memberikan alternative jawaban untuk responden dibandingkan dengan teknik yang pertama.
4)      Pengukuran berdasarkan ekspresi wajah.
Pengukuran kepuasan kerja dengan cara ini dikembangkan oleh Kunin pada tahun 1955. Responder diharuskan memilih salah satu gambar wajah orang, mulai dari gambar wajah yang sangat gembira, gembira, netral, cemberut dan sangat cemberut. Kepuasan kerja karyawan akan dapat diketahui dengan melihat pilihan gambar yang diambil responden.
Secara jelas tingkat kepuasan kerja dapat diketahui dengan melakukan interview dengan mereka. Konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh tingkat kepuasan kerja yang dirasakan oleh masing-masing individu dalam organisasi di antaranva adalah terkait dengan tingginya tingkat kemangkiran maupun tingkat mutasi atau perpindahan kerja. Bilamana mutasi tidak mungkin diambil oleh individu, maka akibat buruk yang dapat dirasakan adalah terkait dengan rendahnya tingkat kinerja.

V.                        Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Semangat Kerja (Morale)
Faktor sumber daya manusia merupakan tujuan utama dalam Pembangunan perusahaan hal ini di karena hasil kinerja karyawan Sebagai penentu kelangsungan perusahaanK inerja karyawan merupakan faktor penting dalam menjalankan sistem perusahaan karena jika karyawan tidakmelakukan pekerjaannya perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan.
Peningkatan kinerja dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti, peningkatan kepuasan kerja dan semangat kerja. Untuk mengetahui kondisi kepuasan kerja melalui aspek ciri-ciri intrinsik pekerjaan, gaji, penyeliaan, rekan kerja dan kondisi kerja. Semangat kerja diketahui melalui dimensi semangat kerja yaitu: tingkat perilaku agresif, perasaan dalam pekerjaan; kemampuan beradaptasi dan keterlibatan ego.    
Sedangkan kinerja karyawan itu sendiri dapat dilihat dari: kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu, efektifitas, kebutuhan pengawasan dan interpersonal impor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dan semangat kerja dengan kinerja karyawan.’

VI.                        Pengertian Semangat Kerja
            Semangat kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk saling bekerja sama dengan giat, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan atau semangat kerja merupakan gambaran sikap pribadi individu maupun kelompok terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam meraih tujuan.   Karena sikap merupakan kesediaan untuk bertindak yang berarti masih berbentuk kesiapan atau kecenderungan dan tidak terlihat oleh orang lain, maka semangat kerja lebih bersifat individual.
Semangat kerja merupakan sikap perseorangan atau sikap kelompok orang-orang terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan. Hal ini jelas bahwa setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya memerlukan semangat kerja yang tinggi dalam suasana batin yang menyenangkan, bagi terciptanya usaha untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan. 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk mengembangkan organisasinya tersebut.
Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang telah dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara individu satu dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu mempunyai kriteria kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan hidupnya, namun kepuasan pegaawai dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana kinerja pegawai tersebut namun hal tersebut tidak menjamin pegawai merasa puas karena pada hakikatnya manusia tidak mempunyai rasa puas.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan sikap yang akan terjadi pada diri setiap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja di antaranya kondisi kerja/lingkungan kerja, peraturan atau budaya organisasi serta karakteristik organisasi, kompensasi yang memuaskan, efisiensi kerja dan partner kerja.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar