Definisi
Permintaan Agregat
Permintaan dan
Penawaran Agregat -
berikut adalah penjelasan mengenai Defisini Permintaan dan Penawaran Agregat,
Permintaan Agregat adalah keseluruhan permintaan terhadap barang & jasa
oleh pengguna dalam ekonomi.) Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara
keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat
harga.
Permintaan Agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan
barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai
tingkat harga.Permintaan agregat dapat ditampilkan dengan menggunakan Kurva
atau tabel yang menunjukkan berbagai jenis barang & jasa yang dibeli secara
kolektif pada tingkat harga tertentu. Kurve permintaan agregat mempunyai slope
negatif. .Faktor-faktor yang menyebabkan Kurva permintaan agregat ber-slope
negatif adalah:
·
Efek
Kekayaan
Biaya yang digunakan oleh produsen tergantung pada kekayaan
yang dimiliki. Keduanya memiliki satu hubungan yang positif. (Kekayaan mengacu
pada pemegangan uang, saham, obligasi, rumah serta asset fisik yang lain.
Kekayaan yang dimiliki dipengaruhi oleh tingkat harga)
·
Dampak
Harga Bunga
Efek harga bunga ditujukan karena perubahan tingkat haraga
mempengaruhi harga bunga. Efek ini mempengaruhi produksi & investasi
·
Efek
Pembelian Asing (Ekspor & Impor)
Jumlah ekspor & impor dalam suatu ekonomi tergantung pada
harga Domestic & asing
Kurva Permintaan
agregat (aggregate demand curve ) adalah kurva yang menjelaskan hubungan antara jumlah output
agregat yang diminta dengan tingkat harga ketika semua variabel lain dianggap
konstan. ada dua cara yang digunakan untuk menurunkan kurva permintaaan
agregat. Pendekatan yang pertama dan yang paling sederhana adalah penekatan
teori jumlah uang dimena permintaan agregat ditentukan semata-mata oleh jumlah
uang. Sementara pedekatan yang kedua didasarkan pada pengujian perilaku
bagian-bagian komponen permintaan agregat seperti konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih. Pendekatan ini juga
mempertimbangkan peran jumlah uang dalam menentukan permintaan agregat, tetapi
tidak secara langsung, meleinkan dengan cara mempertimbangkn bagaimana
perubahan jumlah uang mempengaruhi komponen-komponen permintaan agregat.
Pendekatan Teori Jumlah Uang terhadap Permintaan Agregat
Teori jumlah uang menghubungkan jumlah uang M dengan jumlah
pengeluaran nominal atas barang dan jasa P X Y dimana P adalah tingkat
harga dan Y adalah output riil agregat atau secara ekuivalen adalah
pendapatan riil agregat. Keterkaitan antara jumlah uang dan total
pengeluaran dari barang dan jasa akhir dikemukakan oleh Irving Fisher.
Untuk memperoleh hubungan ini, teori jumlah uang menggunakan konsep
percepatan uang (velocity of money ) yaitu rata-rata jumlah berapa kali
per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang (misalya rupiah ) yang
digunakan untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian.
Percepatan (velocity-V ) dinyatakan secara lebih jelas sebagai total
pengeluaran P xY dibagi dengan jumlah uang M :
V=PxY
M
Misalkan PDB nominal (P xY ) dalam setahun adalah Rp.5
triiun, jumlah uang sebesar Rp, 1 triliun, barang dan jasa akhir dalam
perekonomian adalah sebanyak 5 kali.
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, akan
didapatkan persamaan pertukaran (equation of change) yang menghubungkan
pendapatan nominal dengan jumlah uang dan percepatan.
M x V = P x Y
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan
berapa kali uang ini digunakan dalam satu tahun tertentu harus sama dengan
pendapatan nominal, yaitu total jumlah nominal yang dikeluarkan untuk membeli
barang dan jasa pada tahun tersebut.
Persamaan pertukaran ini tidak lebih dari satu identitas
suatu hubungan yang benar menurut definisi, dimana persamaan tersebut
menyatakan bahwa ketika uang beredar M berubah, pendapatan nominal ( P x Y)
berubah dengan arah yang sama ; kenaikan M misalnya dapat diimbangi dengan
penurunan V yang membiarkan M x V (dan karenanya P x Y) tidak berubah.
Teori jumlah permintaan uang yang dikembangkan oleh Milton
Friedman menyatakan bahwa percepatan berubas sepanjang waktu dalam cara yang
dapat diprediksi yang tidak dihubungkan denagn perubahan uang beredar. Dengan
analisis ini, prsamaan pertukaran dibah menjadi suatu teori mengenai bagaimana
pengeluaran agregat ditentukan dan disebut sebagai teori jumlah uang (
quantity theory of money ). Dengam demikian, teori jumlah uang menyimpulkan
bahwa perubahan pengeluaran agregat terutama ditentun oleh perubahan uang
beredar.
Menurunkan Kurva Permintaan Agregat
Untuk menentukan permintaan agregat, selain dengan melihat
bagaimana uang memengaruhi jumlah permintaan agregat, kita juga dapat
menurunkan kurva permintaan agregat dengan melihat 4 komponen, yaitu :
1. Pengeluaran konsumen ( customer
expenditure )
Yaitu jumlah permintaan akan barang dan jasa konsumen.
2. Pengeluaran investasi yang
direncanakan ( planned investment spending )
Yaitu jumlah pengeluaran yang direncanakan oleh perusahaan
atas mesin pabrik, dan barang modal lain yang bar ditambah pengeluaran yang
direncanakan atas rumah baru.
3. Pengeluaran pemerintah ( goverment
spending )
Yaitu pengeluaran oleh semua jajaran pemerintah atas
barag dan jasa .
4. Ekspor bersih (net export )
Yaitu pengeluaran luar negeri bersih atas barang dan jasa
domestik, sama dengan ekspor dikurangi impor.
Maka persamaan
permintaan agregat dapat diperoleh :
Dimana :
C = pengeluaran konsumen,
I = pengeluaran investasi
I = pengeluaran investasi
G = pengeluaran pemerintah
NX = ekspor bersih
P ↑→M/P ↑→ i ↓ Yαd↑
Mekanisme lain yang menghasilkan kurva permintaan agregat
mempunyai kemiringan yang menurun beroperasi melalui perdagangan luar negeri.
Karena tingkat harga yang lebih rendah, mengakibatkan jumlah uang dalam arti
riil yang lebih besar dan menurunkan suku bunga. Hal ini menyebabkan penurunan
nilai aset dollar relatif terhadap nilai mata uang lain. Nilai dollar yang
semakin rendah membuat barang-barang domestik relatif menjadi lebih murah
terhadap barang-barang luar negeri, hal ini menyebakan ekspor bersih meningkat
an meningkatkan permintaan agregat.
P ↓→M/P ↑→ i ↓E↓→ Yαd↑
Faktor-Faktor yang
Menggeser Kurva Permintaan Agregat
Untuk setiap harga tertentu, kenaikan jumlah uang beredar
menyebabkan uang beredar riil meningkat (M/P↑), yang menyebankan
kenikan permintaan agregat. Dengan demikian, kenaikan uang beredar menggeser
kurva permintaan agregat ke kanan , hal ini dikarenakan kenaikan uang
beredar akan menurunkan suku bunga dan mendorong pengeluaran investasi yang
direncanakan dan ekspor bersih.Pendekatan komponen menyatakan bahwa faktor lain
juga merupakan penyebab penting bergesernya kurva permintaan agregat.
Definisi Kurva
Penawaran Agregat
Penawaran Agregat (aggregate supply) adalah jumlah barang dan
jasa akhir perekonomian, yang dimintaa pada berbagai tingkat harga yang
berbeda.Kurva Penawaran Agregat adalah kurva yang menggambarkan tentang
hubungan antara tingkat harga yang berlaku dalam ekonomi dan nilai produksi
riil atau output (pendapatan nasional rill) yang akan ditawarkan dan diproduksi
oleh semua perusahaan dalam suatu perekonomian.Karena perusahaan yang
menawarkan barang dan jasa memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi
harga kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat yang berbeda; kurva
penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply) LRAS dan kurva
penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply) SRAS.
Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.
Dua faktor yang menentukan penawaran agregat, yaitu keseimbangan di pasar tenaga kerja dan fungsi produksi. Keseimbangan di pasar tenaga kerja akan menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Dan kemampuan dari tenaga kerja ini menghasilkan produksi nasional tergantung kepada fungsi produksi yang menerangkan hubungan diantara jumlah tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain untuk mewujudkan produksi nasional.
Definisi Kurva
Permintaan Agregat Jangka Panjang
Jumlah output yang dapat diihasilkan dalam perekonomian dalam
jangka panjang ditentukan oleh jumlah modal dalam perekonomian, jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan dalam tingkat pengerjaan penuh (full employment).beberapa
pengangguran tidak dapat dibantu karena pengangguran bersifat friksional ataupu
struktural. Dengan demikian, pada pengerjaan penuh, pengangguran tidak sama
dengan nol, tetapi pada suatu tingkat di atas nol dimana permitaan tenaga kerja
sama dengan penawaran tenaga kerja.
Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of employment)
adalah dimana perekonomian bergerak menuju jangka panjang. Tingkat output
agregat yang dihasilkan pada tingkat pengangguran alamiah disebut tingkat
output natural (natural rate of output), tingkat dimana perekonomian berada
pada jangka panjang untuk setiap tingkat harga. Dengan demikian kurva penawaran
jangka panjang (long-run aggregate supply-LRAS) adalah vertikal pada tingkat
output alamiah, dinyatakan oleh Yn, sebagaimana digambarkan pada Figur 2.
FIGUR 2.Kurva Penawaran Jangka Panjang
Keterangan Figur 2 : jumlah output yang ditawarkan pada
tingkat harga tertentu merupakan tingkat ouput alamiah (natural ratelevel of
output) dalam jangka panjang, sehingga kurva penawaran agregat jangka panjang
LRAS meupakan garis vertikal pada Yn.
Kurva Permintaan Agregat Jangka Pendek
Karena upah dan harga memerlukan waktu untuk menyesuaikan
terhadap kondisi perekonomian, suatu proses yang dijelaskan dengan mengatakan
bahwa upah dan harga bersifat kaku (sticky), kurva penawaran agregat
(AS,1) dalam jangka pendek mempunyai kemiringan ke atas (Figur 3). Karena
tujuan perusahaan memaksimumkan keuntungan, jumlah output yang ditawarkan
ditentukan oleh keuntungan yang dibuat atas setiap unit output. Jika keuntungan
meningkat, lebih banyak output agregat yang akan dihasikan, dan jumah outut
yang ditawarkan akan meningkat, jika keuntungan menurun, lebih sedikit output
agregat yang akan dihasilkan, dan jumlah output agregat yang ditawarkan.
Keuntungan atas suatu unit output sama dengan harga untuk
unit tersebut dikurangi dengan biaya produksinya. Dalam jangka pendek, biaya
dari banyak faktor yang masuk ke dalam produksi barang dan jasa adalah tetap.
Karena biaya-biaya ini bersifat tetap dalam jangka pendek, ketika tingkat harga
keseluruhan naik, harga untuk suatu unit output akan meningkat relatif terhadap
biaya produksi dan keuntungan per unti akan meningkat. Karena tingkat harga
yang lebih tinggi menghasilkan tngkat keuntungan yang lebih besar dalam jangka
pendek, perushaan menaikkan produksi dan jumlah output agregat yang ditawarkan
meningkat, yang menghasilkan kurva penawaran agregat jangka pendek yang
memiliki kemiringan ke atas.Faktor-faktor yang mendorong pergeseran kurva
permintaan agregat adalah :
- Jumlah uang yang beredar, M
- Pengeluaran pemerintah, G
- Pajak, T
- Ekspor bersih, NX
- Optimisme konsumen, C
- Optimisme dana usaha
Pergeseran Kurva
Penawaran Agregat Jangka Pendek
Jika biaya produksi suatu outpu meningkat, keuntungan atas
suatu unit output menurun, dan umlah output yang ditawarkan pada setiap tingkat
harga menurun.
"Kesimpulan : Kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri ketika biaya produksi meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun."
"Kesimpulan : Kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri ketika biaya produksi meningkat dan ke kanan ketika biaya menurun."
Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Penawaran Jangka Pendek
Faktor-faktor yang menyebabkan kurva penawaran jangka pendek
bergeser adalah factor yang mempengaruhi biaya produksi :
- tingkat kekakuan pasar tenaga kerja,
- perkiraan inflasi,
- upaya pekerja untuk mendorong upah riil mereka, dan
- perubahan biaya produksi yang tidak berkaitan dengan upah (seperti biaya energi).
Tiga faktor pertama menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek dengan mempengaruhi biaya upah, faktor keempat mempengaruhi biaya-biaya produksi lain.
1. Tingkat kekakuan pasar tenaga kerja.
Kekakuan upah riil mengurangi tingkat penemuan pekerjaan dan
mempertinggi pengangguran.Jika perekonomian sedang mengalami kenaikan dan pasar
tenaga kerja bersifat kaku
(Y >Yn ),pemberi kerja mungkin mempunyai kesulitan untuk
mempekerjakan tenaga kerja yang memenuhi mutu dan bahkan mungkin mempunyai
kesulitan untuk memelihara tenaga kerjanya sekarang. Karena permintaan akan
tenaga kerja sekarang melebihi penawaran di pasar tenaga kerja, maka pemberi
kerja (perusahaan) akan menaikkakn upah untuk menarik pekerja yang dibutuhkan
dan biaya produksi akan meningkat. Biaya produksi yang semakin tinggi akan
mengurangi keuntungan per unit output pada setiap tingkat harga, dan kurva
penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri.
Sebaliknya, jika perekonomian mengalami penurunan dan pasar
tenaga kerja longgar (Y< Yn), maka dalam pasar tenaga kerja yang longgar
dimana jumlah tenaga kerja yang diminta lebih kecil daripada jumlah yang
ditawarkan , maka upah dan biaya produksi akan menurun, jadi keuntungan per
unit output akan meningkat dan kurva penawaran agregat jangka pendek akan
bergeser ke kanan.
FIGUR 3 Kurva Penawaran Jangka Pendek
2. Perkiraan Tingkat Harga
Kenaikan perkiraan tingkat harga mengakibatkan upah lebih
tinggi, yang selanjutnya menaikkan biaya produksi, menurunkan keuntungan per
unit output pada setiap tingkat harga, dan menggeser kurva penawaran ke kiri.
Maka, kenaikan perkiraan tingkat harga menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke kiri, semakin besar perkiraan kenaikan tingkat harga
(yaitu, semakin tinggi perkiraan inflasi), maka semakin besar pergeserannya.
3. Dorongan Upah
Misalkan bahwa para pekerja memutuskan untuk mogok kerja
untuk mendapatkan upah riil yang lebih tinngi dan mereka berhasil mendapatkan
upah riil yng lebih tinggi. Maka dorongan upah oleh para pekerja akan
menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser ke kiri.
4. Perubahan Biaya Produksi yang Tidak
Berhubungan dengan Upah.
Perubahan teknologi dan penawaran bahan-bahan mentah disebut
guncangan penawaran (supply shocks) juga dapat menggeser kurva penawaran
agregat. Guncangan penawaran negatif, seperti pengurangan ketersedian
bahan mentah, yang harganya meningkat, akan meningkatkan biaya produksi dan
menggeser kurva penawaran agregat ke kiri dan sebaliknya.
Perkembangan teknologi baru akan menurunkan biaya produksi,
dengan menaikkan produktivitas pekerja hal ini juga dapat disebut dengan
guncangan penawaran positif, yang dapat menggeser kurva penawaran agregat ke
kanan.
Keseimbangan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Dalam
Analisis Permintaan Dan Penawaran Agregat
1. Keseimbangan dalam Jangka Pendek
Figur 4 mengilustrasikan keseimbangan jangka pendek dimana
agregat yang diminta sama dengan jumlah ouput yang ditawarkan. Dimana kurva
permintaan agregat jangka pendek AD dan kurva penawaran agregat jangja pendek
AS berpotongan dititik E. tingkat keseimbangan output agregat Y* dan tingkat
harga keseimbangan sama dengan P*.Ketika tingkat harga (katakanlah P”)berada di
atas tingkat harga keseimbangan P*, maka jumlah ouput yang ditawarkan akan
lebih besar daripada jumlah output yang diminta (kelebihan penawaran).
Sebaliknya ketika tingkat harga (katakanlah P’) berada dibawah tingkat
harga keseimbangan P*, maka jumlah output yang diminta lebih besar daripada
jumlah output yang ditawarkan (kelebihan permintaan).
FIGUR 4 Keseimbangan dalam Jangka Pendek
2.Keseimbangan dalam Jangka Panjang
Pada panel (a) Figur 5, keseimbangan awal terjadi pada titik
1, perpotongan kurva permintaan agregat AD dan kurva penawara agregat awal
jangka pendek AS1. Karena tingkat output keseimbangan Y1 lebih besar daripada
tingkat alamiah Yn, pengangguran lebih rendah daripada tingkat alamiahnya dan
kekakuan yang berlebihan terjadi di pasar tenaga kerja.
Kekakuan ini mendorong tingkat upah untuk meningkat, menaikkan biaya produksi, dan menggeser kurva penawaran agregat AS2. Keseimbangan sekarang berada pada titik 2, dan output menurun ke Y2. Karena output agregat Y2 masih berada di tingkat alamiah Yn, upah terus didorong naik dan secara perlahan-lahan menggeser kurva penawaran agregat ke AS3. Keseimbangan yang dicapai pada titik 3 berada pada kurva penawaran agregat jangka panjang yang vertical (LRAS) pada Yn dan merupakan keseimbangan jangka panjang. Karena output tidak ada kecenderungan lebih lanjut bagi kurva penawaran agregat untuk bergeser.
Kekakuan ini mendorong tingkat upah untuk meningkat, menaikkan biaya produksi, dan menggeser kurva penawaran agregat AS2. Keseimbangan sekarang berada pada titik 2, dan output menurun ke Y2. Karena output agregat Y2 masih berada di tingkat alamiah Yn, upah terus didorong naik dan secara perlahan-lahan menggeser kurva penawaran agregat ke AS3. Keseimbangan yang dicapai pada titik 3 berada pada kurva penawaran agregat jangka panjang yang vertical (LRAS) pada Yn dan merupakan keseimbangan jangka panjang. Karena output tidak ada kecenderungan lebih lanjut bagi kurva penawaran agregat untuk bergeser.
Pergerakan pada panel (a) menunjukkan bahwa perekonomian
tidak akan tetap pada tingkat output yang lebih besar daripada tingkat alamiah
karena kurva penawaran agregat jangka pendek akan bergeser kekiri, meningkatkan
tingkat harga dan menyebabkan perekonomian (kekseimbangan) meluncur naik sepanjang
kurva permintaan agregat hingga mencapai titik di sepanjang kurva penawaran
jangka panjang pada tingkat output natural Yn.
Pada panel (b) keseimbangan awal pada titik 1 adalah
salah satu dimana output Y1 berada dibawah tingkat alamiah. Karena pengangguran
lebih tinggi daripada tingkat alamiahnya, upah menurun, yang menggeser kurva
penawaran agregat jangka pendek ke kanan hingga berada pada AS3.
Perekonomian (keseimbangan) meluncur turun di sepanjang kurva permintaan agregat hingga mencapai keseimbangan jangka panjang titik 3, yaitu perpotongan kurva permintaan agregat (AD) dan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) pada Yn. Disini sebagaimana pada panel (a), perekonomian tidak lagi bergerak ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah.
Perekonomian (keseimbangan) meluncur turun di sepanjang kurva permintaan agregat hingga mencapai keseimbangan jangka panjang titik 3, yaitu perpotongan kurva permintaan agregat (AD) dan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) pada Yn. Disini sebagaimana pada panel (a), perekonomian tidak lagi bergerak ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah.
Hal yang menonjol dari kedua panel Figur 5 bahwa terlepas
dimana output awalnya berbeda, secara perlahan-lahan output kembali ke tingkat
alamiahnya. Sifat ini dijelaskan dengan mengatakan bahwa perekonomian mempunyai
mekanisme koreksi diri ( self-correcting mechanism).
Pada kedua panel, keseimbangan jangka pendek awal adalah pada
titik 1 pada perpotongan AD dan AS1. Pada panel (a), Y1>Yn sehingga kurva
penawaran agregt jangka pendek terus bergeser ke kiri hingga mencapai AS2,
dimana output telah kembali ke Yn. Pada panel (b), Y1<Yn sehingga kurva
penawaran agregat jangka pendek terus bergeser ke kanan hingga output kembali
ke Yn lagi. Dengan demikian dalam kedua kasus, perekonomian menampilkan suatu
mekanisme koreksi diri yang mengembalikannya lagi ke tingkat output alamiah.
Pada Figur 6 menunjukkan dampak pergeseran ke kanan dalam
kurva permitaan agregat karena adanya guncangan permintaan positif : kenaikan
jumlah uang beredar (M ), kenaikanengeluran pemerintah (G ), dan
kenaikan ekspor bersih (NX ), penurunan pajak (T ), atau kenaikan
keinginan konsumen dan perusahaan untuk brbelanja karena mereka lebih optimis
(C , I ).
Figur tersebut menunjukkan perekonomian pada awalnya berada pada keseimbangan jangka panjang di titik 1, dimana kurva permintaan agregat awal AD1 berpotongan degan kurva penawaran jangka pendek AS1, perekonomian bergerak ke titik 1 dan output maupun harga meningkat. Tetapi perekonomian tidak akan tetap berada pada titik 1 dala jangka panjang, karena output pada Y1 berada ada tingkat alamiah. Upah akan meningkat, menaikkan biaya produksi pada semula tingkat harga, dan kurva penaaran agregat jangka pendek akan bergeser ke kiri ke AS2, dimana perekonomia akan tetap berada. Dengan demikian, perekonomian (keseimbangan) menggeser kurva permintaan jangka panjang (LRAS) pada Yn.
Figur tersebut menunjukkan perekonomian pada awalnya berada pada keseimbangan jangka panjang di titik 1, dimana kurva permintaan agregat awal AD1 berpotongan degan kurva penawaran jangka pendek AS1, perekonomian bergerak ke titik 1 dan output maupun harga meningkat. Tetapi perekonomian tidak akan tetap berada pada titik 1 dala jangka panjang, karena output pada Y1 berada ada tingkat alamiah. Upah akan meningkat, menaikkan biaya produksi pada semula tingkat harga, dan kurva penaaran agregat jangka pendek akan bergeser ke kiri ke AS2, dimana perekonomia akan tetap berada. Dengan demikian, perekonomian (keseimbangan) menggeser kurva permintaan jangka panjang (LRAS) pada Yn.
Meskipun dampak awal jangka pendek dari pergeseran ke kanan
kurva permintaan agregat adalah kenaikan tingkat harga da utput, dampak akhir
jangka panjang hanya berupa kenaikan tingkat harga.
FIGUR 6 Respons Output dan Tingkat Harga terhadap Pergesern
Kurva Permintaan Agrgat
Pergeseran kurva permintaan agregat dari ke ,
menggerakkan perekonomian dari titik 1 ke titik 1'. Karena > Yn, kurva
penawaran agregat jangka pendek mulai bergeser ke kiri, secara perlhan mencapai
, dimana output kembali ke Yn dan tingkat harga meningkat menjadi .
2. Perubahan Keseimbangan yang
Disebabkan oleh Guncangan Penawaran Agregat
Seandainya perekonomian pada awalnya berada pada tingkat
output alamiah pada titik 1 ketika kurva penawarn agregat jangka pendek
bergeser dari ke pada Figur 7 karena guncangna penawaran negatif
(kenaikan harga energi yang tajam, misalnya). Perekonomian akan bergerak dari
titik 1 ke titik 2, dimana tingkt harga meningkat tetapi output agregat
menurun. Keadaan dari harg ayang menngkt, tetapi utput agregat menurun,
sebagaimana digambarkan pada figur 7 disebut sebagai stagflasi.
Meskipun pergeseran ke kiri dalam kurva penawaran agregat
jangka pendek pada awalnya menaikkan tingkat harga dan menurunkan output,
dampak akhir adalah bahwa tingkat harga dan output tidak berubah.
Teori siklus usaha riil ( rel business cycle theory ) di mana
guncangan penawaran agregrat ( rill ) mempengaruhi tingkat output alamiah Yn.
Teori ini memandang guncangan terhadap selera ( kenginan para pekerja untuk
bekerja, misalnya ; teknologi ( produktivitas ) sebagai dorongan – dorongan
utama di belakang fluktuasi jangka pendek dalam siklus usaha, karena guncangan
– guncangan ini mengakibatkan fluktuasi jangka pendek yang substansial dalm Yn.
Sebaliknya, pergeseran kurva permintaan agregat, mungkin akibat dari perubahan – perubahan kebijakan moneter, tidak di pandang sebagai sesuatu yang penting bagi fluktuasi output agregat. Karena teori siklus usaha riil memandang sebagian besar fluktuasi siklus usaha sebagai akibat dari fluktuasi tingkat output alamiah, teori ini tidak melihat perlunya kebijakan aktivis untuk menghilangkan pengguran yang tinggi. Teori siklus usaha riil sangat kontroversial dan dibatasi oleh perlunya riset intensif.
Sebaliknya, pergeseran kurva permintaan agregat, mungkin akibat dari perubahan – perubahan kebijakan moneter, tidak di pandang sebagai sesuatu yang penting bagi fluktuasi output agregat. Karena teori siklus usaha riil memandang sebagian besar fluktuasi siklus usaha sebagai akibat dari fluktuasi tingkat output alamiah, teori ini tidak melihat perlunya kebijakan aktivis untuk menghilangkan pengguran yang tinggi. Teori siklus usaha riil sangat kontroversial dan dibatasi oleh perlunya riset intensif.
Teori histeresis ( hysteresis ), yaitu pergerakan dari
tingkat pengerjaan penuh akibat pengangguran yang tinggi di masa lalu. Ketika
pengangguran meningkat karena penurunan permintaan agregat yang menggeser kurva
AD ke dalam, tingkat pengangguran alamiah dipandang meningkat di atas tingkat
pengerjaan penuh.
Hal ini dapat terjadi karena penganggur menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pengangguran menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pemberi kerja enggan untuk mempekerjakan pekerja yang telah menganggur cukup lama, melihatnya sebagai sinyal bahwa pekerja tidak diinginkan. Hasilnya adalah bahwa tingkat pengangguran alamiah bergeser ke atas setelah pengangguran menjadi tinggi dan Yn turun di bawah tingkat pengerjaan penuh.
Dalam situasi ini, mekanisme koreksi diri dalam dapat mengembalikan perekonomian hanya kepada tingkat pengerjaan penuh. Hanya dengan kebijakan ekspansioner untuk menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan meningkatkan output agregat tingkat pengangguran alamiah dapat diturunkan
Hal ini dapat terjadi karena penganggur menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pengangguran menjadi kurang semangat dan gagal untuk mencari pekerjaan atau karena pemberi kerja enggan untuk mempekerjakan pekerja yang telah menganggur cukup lama, melihatnya sebagai sinyal bahwa pekerja tidak diinginkan. Hasilnya adalah bahwa tingkat pengangguran alamiah bergeser ke atas setelah pengangguran menjadi tinggi dan Yn turun di bawah tingkat pengerjaan penuh.
Dalam situasi ini, mekanisme koreksi diri dalam dapat mengembalikan perekonomian hanya kepada tingkat pengerjaan penuh. Hanya dengan kebijakan ekspansioner untuk menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan meningkatkan output agregat tingkat pengangguran alamiah dapat diturunkan
( Yn dinaikkan ) ke tingkat pengerjaan penuh. Pendukung
histeresis kemungkinan besar mendukung para aktivis, kebijakan ekspansioner
untuk mengembalikan perekonomian kepada pengerjaan penuh.